Categories Opini

Pemimpin, Tepatilah Janji dan Sumpahmu

Pemimpin, Tepati  Janji dan Sumpahmu

Oleh Karsidi Diningrat

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (saw) telah bersabda, “Tunaikanlah amanah yang dipercayakan seseorang kepadamu, dan janganlah mengkhianati orang yang pernah berkhianat kepadamu.” (HR Tirmidzi).

Dalam hadits lain disebutkan juga, “Tiada beriman orang yang tidak memegang amanat dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janji.” (HR ad-Dailami).

Dalam sabdanya yang lain disebutkan, “Jangan bersumpah kecuali dengan nama Allah. Barangsiapa bersumpah dengan nama Allah, dia harus jujur (benar). Barangsiapa disumpah dengan nama Allah ia harus rela (setuju). Kalau tidak rela (tidak setuju) niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah.” (HR Ibnu Majah dan ath-Thausi).

Adapun nifak yang dimaksud dalam hadits riwayat Syaikhain di atas adalah jenis nifak yang kedua, yaitu nifak amali atau nifak amal perbuatan. Meskipun nifak ini tidak mengeluarkan seseorang dari Islam, tetapi merupakan jalan menuju kekafiran. Siapa pun yang menghimpun empat perkara ini, maka terhimpun pada dirinya segala keburukan, dan sifat-sifat orang-orang munafik tertaman murni dalam dirinya.

Sebab, kejujuran, menunaikan amanah, dan melaksanakan hak orang lain merupakan kumpulan kebaikan dan sifat khusus orang-orang beriman. Dan barang siapa yang tidak memiliki salah satu darinya, berarti dia telah merusak sebuah kewajiban Islam dan Iman.

Allah subhanahu wa ta’ala (swt) telah berfirman, “Orang-orang yang melanggar janji kepada Allah setelah mereka berjanji, dan memutuskan sesuatu yang Allah swt perintahkan untuk disambungkan.” (QS al-Baqarah, 2: 27).

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.” (QS al-Ahzaab, 33: 23).

Rasulullah saw telah bersabda, “Jaminlah untukku enam perkara dari kalian, niscaya kujamin surga untuk kalian, yaitu: apabila kalian berbicara jujurlah, apabila berjanji tepatilah, apabila diberi amanat sampaikanlah amanat itu, peliharalah kemaluan kalian, tundukkanlah pandangan mata kalian, dan cegahlah kedua tangan kalian.” (HR Baihaqi melalui Ubadah ibnush Shaamit).

Dalam hadits ini disebutkan kebalikannya dengan memakai kalimat perintah, yaitu jujurlah bila berbicara, tepatilah bila berjanji, sampaikanlah bila diberi amanat. Seakan-akan hadits ini mengatakan berimanlah kalian dan janganlah kalian menjadi orang munafik.

Dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda, “Jika pada dirimu telah terdapat empat buah sifat maka kamu tidak akan merugi sedikit pun meskipun dunia menjauhimu; pandai menjaga amanah, jujur dalam berucap, memiliki watak yang baik, serta selalu menjaga diri dalam kesucian.” (HR Ahmad).

Salah satu fenomena negatif yang dapat kita saksikan ialah sebagian manusia memperlakukan janji sedemikian rupa sehingga tidak ubahnya seperti ucapan-ucapan biasa yang begitu saja keluar, dan kemudian menguap di udara. Jika kita telah berjanji kepada Allah, berjanji kepada diri sendiri, atau berjanji kepada orang lain, atau berjanji kepada rakyat, maka kita harus menepati janji itu selama janji itu tidak menghalalkan yang haram ataupun mengharamkan yang halal. Jadikanlah sifat menepati janji sebagai suatu kebiasaan.

Khalifah Ali bin Abi Thalib as berkata, “Jika kamu berjanji maka penuhilah … sesungguhnya janji adalah kalung yang tergantung di leher hingga datang hari kiamat. Barang siapa memenuhinya maka Allah pun akan memenuhi (kebutuhan)-nya … berpeganglah kepada janji sekuat-kuatnya.” Wallahu a’lam bish-shawwab.

-Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

-Wakil Ketua I Majelis Pendidikan Pengurus Besar Al-Washliyah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *