Oleh KARSIDI DININGRAT
Pada hakikatnya, seorang pemimpin yang brilliant adalah seorang pemimpin yang memiliki segala sifat kepemimpinan. Idealnya memang demikian. Akan tetapi setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada manusia yang sempurna. Dengan mempelajari ilmu kepemimpinan, ia sedikit demi sedikit akan dapat merobah kekurangannya, mengoreksi kelemahannya.
Oleh karena itu, kita jangan salah dan keliru dalam memilih pemimpin, pilihlah pemimpin yang terlihat memiliki:
Adil dan Jujur
Islam berkeyakinan bahwa dunia tidak akan menjadi aman dan makmur, apabila keadilan tidak dijadikan neraca dalam hubungan-hubungan kemanusiaan di segala bidang. Islam tidak membenarkan si kuat berwenang-wenang terhadap si lemah, dan hak asasi manusia tidak boleh hilang semata-mata karena dunia sudah biasa dihadapkan kepada tindakan-tindakan yang zalim. Allah Swt. berfirman, “Dan janganlah kebencianmu pada suatu golongan menyebabkan engkau tidak berlaku adil. Berlaku adilah, karena adil itu mendekati taqwa.” (QS Al-Maidah, 5: 8)
Bijaksana dalam Menghadapi Masalah
Menghadapi aneka ragam persoalan dan pendapat di kalangan masyarakat memerlukan pemimpin yang bijaksana. Tanpa adanya kebijaksanaan, maka keselamatan dan keutuhan masyarakat akan terancam. Ia harus bisa menempatkan diri pada posisi yang netral, bila kemelut terjadi antara masing-masing golongan. Lebih bijak lagi bila ia mampu menyelesaikan persoalan perselisihan pendapat secara tuntas.
Memiliki Penglihatan Sosial yang Tajam
Yang dimaksud dengan penglihatan sosial adalah suatu kemampuan dan keampuhan untuk melihat dan mengerti gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat atau kehidupan sehari-hari, khususnya mengenai perasaan-perasaan, keluhan-keluhan, keinginan-keinginan, tingkah-laku dan kebutuhan-kebutuhan bawahannya.
Tabah dan Tahan Menerima Kritikan
Kelemahan pribadi seseorang hanya pihak lain yang tahu. Dirinya sendiri tak mungkin mengetahuinya. Oleh karena itu karakter pemimpin harus tidak naik pitam bila mnerima kritik. Banyak para pemimpin yang lekas naik pitam apabila mendapat koreksi atau kritik dari bahawahan. Dicarilah pihak yang mengkritik itu dan dari golongan mana. Terjadilah prasangka yang belum jelas datanya. Bahkan Nabi Muhammad Saw. pernah bersabda, “Koreksilah dirimu sendiri sebelum dikoreksi oleh orang lain.”
Disampaing itu pemimpin yang memiliki berpandangan luas, serta tidak fanatik golongan, berjiwa integrasi, wibawa dan disegani oleh semua golongan, lebih mementingkan rakyat atau ummat daripada kepentingan golongan. Mampu menumbuhkan sikap tasamuh (toleransi), mampu menumbuhkan kerjasama dan solidaritas sesama komponen masyarakat, mampu menghilangkan kultus wadah dan diganti dengan tastabiqul khairat, bersikap terbuka, mampu menciptakan tenaga pengganti dan berjiwa demokratis. Kuat dalam aqidah, pema’af, dan memiliki jiwa toleransi, tidak memiliki sikap Fir’aunisme, Akuisme dan vested interest, memiliki reputasi yang menyeluruh. Wallahu a’lam bish-shawwab.
-Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
-Wakil Ketua I Majelis Pendidikan Pengurus Besar Al-Washliyah.